1. Villa Isola
Suatu publikasi khusus pada masa Hindia Belanda untuk villa ini ditulis
oleh Ir. W. Leimei, seorang arsitek Belanda. Dalam publikasi ini, Leimei
mengatakan bahwa di Batavia ketika urbanisasi mulai terjadi, banyak
orang mendirikan villa di pinggiran kota dengan gaya arsitektur klasik
tetapi selalu beradaptasi baik dengan alam dan ventilasi, jendela dan
gang-gang yang berfungsi sebagai isolasi panas matahari. Hal ini juga
dianut oleh Villa Isola di Bandung. Pada masa pendudukan Jepang, Gedung
ini sempat digunakan sebagai kediaman sementara Jendral Hitoshi Imamura
saat menjelangPerjanjian Kalijati dengan Pemerintah terakhir Hindia
Belanda di Kalijati, Subang, Maret 1942. Gedung ini dibangun atas
rancangan arsitek Belanda yang bekerja di Hindia Belanda Charles Prosper
Wolff Schoemake
2. Lawang Sewu
Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang
merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau
NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di
bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat
setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan
tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada
tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi
dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu
(lawang).
3. Museum Bank Mandiri
Berdiri tanggal 2 Oktober 1998. Museum yang menempati area seluas 10.039
m2 ini pada awalnya adalah gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij
(NHM) atau Factorji Batavia yang merupakan perusahaan dagang milik
Belanda yang kemudian berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan.
Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) dinasionalisasi pada tahun 1960
menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN)
Urusan Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank Ekspor
Impor Indonesia (BankExim) pada 31 Desember 1968, gedung tersebut pun
beralih menjadi kantor pusat Bank Export import (Bank Exim), hingga
akhirnya legal merger Bank Exim bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank
Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank
Mandiri (1999), maka gedung tersebut pun menjadi asset Bank Mandiri.
4.Museum Seni Rupa dan Keramik
yang dibangun pada 12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh
Pemerintah Hindia-Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng
Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat
pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun1944, tempat
itu dimanfaatkan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer
TNI.
Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan
itu dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi.
Tahun 1973-1976, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta
Barat dan baru setelah itu diresmikan oleh Presiden (saat itu) Soeharto
sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.
Pada 1990 bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan
Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar